Sebenarnya kalau di-blacklist total itu hampir enggak ada sih, yang ada mungkin pengurangan kuota

Jakarta (ANTARA) - Tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 menyebutkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berwenang melakukan pengurangan kuota bagi sekolah tertentu yang tidak mengoptimalkan kuota mereka dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Tim Penanggungjawab SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam menanggapi perbincangan di jejaring sosial X yang mengungkapkan adanya pemblokiran atau blacklist yang dilakukan oleh salah satu PTN terhadap sekolah tertentu, akibat adanya siswa yang tidak jadi melanjutkan kuliahnya meskipun sudah diterima.

"Sebenarnya kalau di-blacklist total itu hampir enggak ada sih, yang ada mungkin pengurangan kuota," katanya.

Eduart menjelaskan pengurangan kuota terhadap sekolah tertentu ini bermaksud memberikan kesempatan yang lebih luas kepada seluruh calon mahasiswa di seluruh Indonesia.

Baca juga: Panitia SNPMB minta peserta tak sia-siakan kesempatan daftar SNBP

Hal ini, tambah dia, juga sesuai dengan ketentuan hukum yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 48 Tahun 2022 dan Nomor 62 Tahun 2023.

"Nah jangan sampai ketika kursi yang sudah diberikan ini, kemudian tadi tidak diisi. Jadi, blacklist itu lebih kepada misalnya yang semula untuk program studi (prodi) tertentu, dia (sekolah itu) mendapatkan alokasi jatah tiga (siswa), kemudian menjadi dua atau satu," ujarnya.

Eduart juga menegaskan adanya fenomena yang dikenal masyarakat sebagai blacklist ini juga tidak akan menutup sama sekali peluang dari sekolah tertentu.

Baca juga: Panitia SNPMB 2025 imbau pendaftar tidak "loncat bidang" dalam SNBP

"Sepertinya kami belum pernah menerima kondisi itu, jadi tidak akan. Kayaknya hampir tidak mungkin PTN akan menutup kesempatan sekolah itu," ucapnya.

Adanya pengurangan kuota ini, lanjut Eduart, juga bisa terjadi akibat semakin ketatnya persaingan untuk masuk PTN, yang juga dipengaruhi dengan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Kita tidak boleh menafikan bahwa asalnya kualitas SMA itu kan semakin membaik dan semakin merata begitu. Nah, ini tingkat kompetisinya makin tinggi dan memang dibutuhkan lebih detail, lebih ekstra hati-hati untuk menyaring ini, supaya asas fairness (keadilan) itu tetap bisa kita penuhi dan kita kedepankan," tutur Eduart Wolok.

Baca juga: Pendaftaran SNPMB 2025 resmi dibuka

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024