Pernyataan Trump dan kian meredupnya Druzhba
Di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat, pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump tentang hubungan trans-Atlantik semakin memperumit lanskap energi global.
Trump berulang kali mengkritik ketergantungan Eropa pada energi Rusia dan mendorong ekspor energi Amerika, terutama gas alam cair (LNG), sebagai alternatif.
Sejak kembali menjabat sebagai Presiden AS, Trump telah mengeluarkan hampir 100 perintah eksekutif yang kontroversial, termasuk kebijakan terkait energi dan perdagangan global.
Sebelum menjabat sebagai presiden pun, Trump bahkan menyatakan ia mungkin akan "mengurangi komitmen keamanan AS terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), jika negara-negara Eropa tidak memenuhi kontribusi pertahanan mereka."
Terbukti, belum lama ini Trump “menantang Eropa” untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka dari 2% menjadi 5% terhadap PDB, naik lebih dua kali lipat. Trump mengkritik sekutu AS di Eropa karena tidak memenuhi target belanja pertahanan NATO serta mengancam akan menarik diri dari aliansi tersebut.
Akhir Januari 2025, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio dalam percakapan via telpon dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas menekankan perlunya memperkuat keamanan trans-Atlantik dan mendesak Eropa untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka.
Rubio juga menyambut baik perpanjangan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina serta membahas "cara memperdalam kerja sama AS-Uni Eropa dalam sejumlah prioritas bersama”.
Trump juga memainkan peran penting dalam menghentikan proyek pipa Nord Stream 2, yang dirancang untuk mengangkut gas Rusia ke Eropa. Pemerintahan AS sebelumnya telah memberlakukan sanksi terhadap proyek tersebut, yang kemudian ditinggalkan oleh Jerman setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Di sisi lain, kebijakan Trump dan pendahulunya, mendorong Eropa semakin mengurangi ketergantungan pada energi Rusia. Sejak 2022, Uni Eropa telah meningkatkan impor LNG dari AS hingga lebih dari dua kali lipat. Amerika kini menjadi pemasok gas terbesar bagi Eropa, menggantikan Rusia.
Dengan menurunnya peran Jalur Druzhba, Eropa kini menghadapi tantangan besar dalam menjamin ketahanan energi di masa depan.
Selain itu, ketidakpastian geopolitik tetap menjadi faktor utama. Jika Trump terus mendorong kebijakan energinya yang lebih proteksionis, hal ini dapat memperumit strategi energi Eropa.
Di sisi lain, ketegangan dengan Rusia masih berlanjut, dengan Moskow terus mencari cara untuk mempertahankan pengaruhnya dalam pasar energi global.
Jalur Druzhba mungkin tinggal kenangan, tetapi dampaknya terhadap ekonomi Eropa dan dinamika energi global akan terus terasa dalam beberapa tahun ke depan.
Baca juga: Minyak jatuh di tengah stok AS beragam, pipa Druzhba dibuka kembali
Baca juga: Pasokan minyak ke sebagian Eropa Timur lewat pipa Druzhba ditangguhkan
Baca juga: Harga minyak menetap lebih tinggi karena gangguan pipa minyak Druzhba
Copyright © ANTARA 2025