Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama menggelar program Ngabuburead: Literate to Elevate sebagai langkah mendorong indeks literasi di kalangan Generasi Z yang berlangsung di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag Arsad Hidayat menjelaskan Ngabuburead dirancang sebagai wadah interaktif yang menggabungkan literasi dengan diskusi keislaman bagi pemuda.
"Tidak hanya membaca, peserta juga diajak berdiskusi dengan narasumber. Dengan metode ini, literasi tidak lagi dipandang sebagai aktivitas pasif, melainkan menjadi bagian dari gaya hidup anak muda," kata Arsyad.
Di dalam program Ngabuburead, Kemenag juga memperkenalkan platform Elektronik Literasi Pustaka Keagamaan Islam (Elipski), sebuah aplikasi perpustakaan digital Bimas Islam Kemenag yang menyediakan berbagai literatur keislaman.
Arsad mengungkapkan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung literasi keagamaan bagi generasi muda.
"Kemenag menyediakan Elipski, sebuah platform perpustakaan digital yang mudah digunakan untuk mengakses berbagai literatur keislaman," kata dia.
Menurut Arsad, literasi keagamaan tidak terbatas pada aspek fisik, tetapi juga berkembang melalui teknologi digital agar lebih dekat dengan anak muda.
"Melalui Elipski, kami ingin menjangkau lebih banyak anak muda, sehingga mereka dapat mengakses buku dan materi keislaman dengan lebih praktis," katanya.
Baca juga: Kemenag: Diperlukan implementasi digitalisasi di lingkungan pesantren
Baca juga: Kemenag targetkan pengumpulan zakat nasional naik 10 persen pada 2025
Gelaran Ngabuburead di Istiqlal mengangkat tema "Judi Online: Ancaman Serius bagi Keluarga dan Masyarakat", yang menghadirkan narasumber Pengasuh Pesantren Daarul Rahman Jakarta, Kiai Faiz Syukron Makmun atau Gus Faiz.
Gus Faiz mengungkapkan kemerosotan moral dapat menghancurkan suatu peradaban, sebagaimana yang terjadi di Andalusia.
"Islam pernah hebat di Andalusia. Coba kita datang ke Spanyol, lihat bagaimana peradaban Islam di Sevilla, Cordova. Itu semua adalah peradaban Islam yang cukup maju. Tetapi hari ini, kita hanya bisa melihat peninggalannya saja di sana," kata dia.
Menurut dia, mundurnya peradaban Islam di Andalusia tidak semata akibat perpecahan politik. Namun, kejatuhan itu sebenarnya diawali dari merosotnya moral dan pengetahuan masyarakat.
Salah satu ancaman moral terbesar di era modern, menurut dia, adalah judi online. Akses informasi yang terlalu bebas membuat banyak orang, terutama generasi muda, kesulitan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Apalagi, judi online tidak terlihat seperti judi konvensional yang dilakukan di meja-meja perjudian. Untuk itu, ia mengingatkan bahwa judi online jauh lebih berbahaya karena tersembunyi dan mudah diakses.
"Sistem ini mendorong orang untuk bermimpi mendapatkan keuntungan instan melalui permainan yang sebenarnya sudah direkayasa," ujarnya.
Gus Faiz pun menekankan pentingnya peran Generasi Z dalam memerangi maraknya judi online.
"Gen Z harus menjadi garda terdepan bangsa ini. Sekarang ada teroris sejati yang sudah memakan begitu banyak korban dan masa depan anak bangsa, namanya judi online," kata dia.
Baca juga: Wamenag sebut Sekolah Rakyat akan dibangun baru bukan dari pesantren
Baca juga: Masjid di sepanjang jalur mudik diinstruksikan buka 24 jam
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025