Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut kebijakan hilirisasi baja dapat meningkatkan nilai tambah bagi industri dan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Andri Gilang Nugraha Ansari mengatakan hilirisasi baja berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, baik di sektor riil maupun ekspor.
"Beberapa dampak hilirisasi baja bagi sektor riil, antara lain peningkatan nilai tambah industri melalui produk jadi yang bernilai jual lebih tinggi dibanding bahan baku, mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan dan mewujudkan pemerataan pembangunan," ujar Gilang kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hilirisasi juga dapat mendorong pertumbuhan industri pengguna baja, seperti otomotif, alat berat, dan konstruksi serta memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Baca juga: Peneliti ingatkan hilirisasi baja perlu perhatikan aspek keberlanjutan
Menurut data Bappenas, kebijakan ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 5,7 persen sampai 5,9 persen seiring dengan kebutuhan baja tahunan yang mencapai 20-30 juta ton.
Gilang menjelaskan hilirisasi baja turut meningkatkan nilai ekspor dan surplus neraca perdagangan. Data BPS mencatat, total ekspor baja Indonesia (HS 72 dan HS 73) pada 2024 mencapai 29,23 miliar dolar AS dengan volume 22 juta ton.
Nilai ekspor ini naik 2,88 persen dibandingkan 2023, sementara volume ekspor meningkat 19,97 persen. Kontribusi ekspor baja terhadap total ekspor Indonesia pada 2024 mencapai 11,04 persen.
Pada 2024, nilai impor baja tercatat sebesar 14,90 miliar dolar AS dengan volume 16,28 juta ton, mengalami penurunan 5,30 persen dibandingkan 2023. Dengan demikian, neraca perdagangan baja mencatat surplus sebesar 14,33 miliar dolar AS.
Berdasarkan data Kemendag, jenis produk baja dengan nilai ekspor tertinggi pada 2024, antara lain produk canai lantaian dari baja stainless dengan lebar 600 mm atau lebih dengan ketebalan 3 mm - 4,75 mm (HS 721913), nilai ekspornya mencapai 2,11 miliar dolar AS atau naik 21,53 persen dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Peneliti TII nilai hilirisasi baja dapat tambah jumlah lapangan kerja
Negara tujuan ekspor terbesar untuk produk tersebut adalah Vietnam (717,30 juta dolar AS), Taiwan (569,86 juta dolar AS), Tiongkok (233,33 juta dolar AS), India (213,78 juta dolar AS) dan Turki (102,97 juta dolar AS).
Selain itu, komoditas baja lain yang juga diminati adalah produk setengah jadi dari baja stainless dengan penampang silang empat persegi panjang dengan nilai ekspor 1,54 miliar dolar AS, serta produk canai lantaian dari baja stainless dengan lebar 600 mm atau lebih dengan ketebalan 4,75 mm - 10 mm dengan nilai 1,14 miliar dolar AS.
Gilang mengatakan Kemendag akan terus mendorong peningkatan ekspor baja melalui promosi dan perluasan pasar ekspor serta pengamanan pasar dalam dan luar negeri.
"Pengamanan pasar dalam dan luar negeri, melalui penanganan hambatan perdagangan (trade barrier) untuk melindungi ekspor baja dari praktik diskriminasi di negara tujuan ekspor dan pengenaan trade remedies jika ditemukan produk baja impor merugikan industri baja dalam negeri.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025