Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Institut Teknologi Indonesia (ITI) menyepakati kerja sama penelitian serta pengembangan sistem dan teknologi reaktor nuklir untuk berbagai tujuan seperti pembangkit listrik, produksi uap industri, desain sipil, dan infrastruktur tapak PLTN.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Syaiful Bakhri mengatakan, untuk mengimplementasikan hasil riset maka organisasi riset perlu berkolaborasi dengan organisasi lain, salah satunya dengan perguruan tinggi.
“Sebaliknya, lembaga pendidikan juga butuh kolaborator eksternal, baik dalam bentuk sharing infrastruktur, pendanaan riset, Degree by Research (DBR), Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), magang, tugas akhir, dan lainnya," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Perjanjian kerja sama (PKS) antara PRTRN BRIN dengan Teknik Kimia ITI tentang litbang sistem dan teknologi reaktor nuklir untuk pembangkit listrik dan produksi uap industri. Sedangkan PKS dengan Teknik Sipil ITI tentang litbang desain sipil dan infrastruktur tapak PLTN.
Melalui kerja sama ini, BRIN dan ITI dapat melakukan publikasi bersama serta penggabungan pendanaan riset. Lebih jauh, periset BRIN bisa menggunakan fasilitas ITI dan sebaliknya mahasiswa ITI dapat menggunakan fasilitas BRIN apabila diizinkan, kata Syaiful menambahkan.
Dia menilai, hampir semua disiplin keteknikan dibutuhkan di litbang nuklir, antara lain teknik sipil, teknik kimia, teknik industri, teknik mesin, dan teknik elektro.
Baca juga: DEN ungkap 29 lokasi potensial untuk pembangkit listrik tenaga nuklir
Baca juga: Pakar nilai SDM riset nuklir Indonesia saat ini berada di level dunia
Ilmu sosial humaniora juga dibutuhkan untuk penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir, termasuk kurikulum pendidikan nasional.
"Bahkan mungkin nanti juga diperlukan sastra nuklir, yang membuat nuklir menjadi lebih diterima dari aspek kearifan lokal, dan mungkin menjadi titik penting,” imbuhnya.
Sementara Kepala PRTRN BRIN Topan Setiadipura menjelaskan pihaknya telah memiliki pengalaman dalam mendesain riset teknologi reaktor nuklir di mana pihaknya memiliki 121 periset yang terbagi dalam 12 kelompok riset.
“Untuk mengembangkan riset tersebut, PRTRN BRIN membutuhkan SDM yang kompeten di bidang teknik sipil, teknik kimia, dan teknik lainnya. Oleh karena itu kita tawarkan ke ITI, dan kita bisa saling memanfaatkan SDM tersebut,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Prodi Teknik Kimia ITI Anik Sri Handayani menyampaikan, dengan adanya kerja sama ini pihaknya berharap bisa lebih memahami riset yang dibangun, terutama untuk kebutuhan nuklir.
"Kita perlu belajar banyak untuk bisa memiliki visi yang sama, supaya kerja sama ini bisa berjalan, serta ada ruangan yang nyata yang bisa dipakai oleh masyarakat,” ucapnya.
Baca juga: DEN berharap revisi PP terkait PLTN terbit di 2025
Baca juga: BRIN siapkan program dan platform kolaborasi riset ketenaganukliran
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024